Kuliner dan Kesehatan

‎Peneliti Jepang Temukan Cara Hapus Kromosom Pemicu Down Syndrome, Gunakan Teknologi CRISPR ‎

333
×

‎Peneliti Jepang Temukan Cara Hapus Kromosom Pemicu Down Syndrome, Gunakan Teknologi CRISPR ‎

Sebarkan artikel ini
‎Temuan ini membuka jalan bagi pendekatan terapi baru dalam mengatasi kelainan genetik yang selama ini dianggap tidak dapat diubah(foto: Twitter@masjalah)

‎TERITORIAL24.COM,JEPANG-Sebuah terobosan medis kembali lahir dari Negeri Sakura.Tim peneliti dari Universitas Mie, Jepang, berhasil mengembangkan teknik yang mampu menghapus kromosom tambahan penyebab Down syndrome menggunakan teknologi pengeditan gen CRISPR–Cas9.

‎Temuan ini membuka jalan bagi pendekatan terapi baru dalam mengatasi kelainan genetik yang selama ini dianggap tidak dapat diubah.

‎Dilansir dari Reuters, studi ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah PNAS Nexus.

‎Menunjukkan bahwa para ilmuwan berhasil menghilangkan kromosom ke‑3 pada pasangan kromosom 21 – yang menjadi karakteristik utama pada penderita Down syndrome – di dalam sel manusia yang dikultur di laboratorium.

‎Metode ini melibatkan teknik pemotongan multi-lokasi yang secara spesifik menargetkan kromosom ekstra tanpa memengaruhi dua salinan normal lainnya.

‎Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen sel berhasil dikoreksi, dan ekspresi gen kembali menyerupai kondisi normal.

‎Namun, para peneliti mengingatkan bahwa teknik ini masih dalam tahap awal dan hanya diuji pada sel kultur.

‎Belum ada uji coba pada hewan hidup karena masih terdapat risiko yang belum sepenuhnya diketahui.

‎Termasuk kemungkinan terjadinya mutasi atau kerusakan pada bagian kromosom lain yang tidak ditargetkan.

‎”Ini adalah langkah pertama menuju kemungkinan terapi genetik untuk kondisi seperti Down syndrome,” ujar salah satu peneliti utama. “

‎Namun, kami perlu memastikan bahwa teknik ini benar-benar aman sebelum mempertimbangkan penerapan klinis.”

‎Down syndrome disebabkan oleh trisomi 21, yakni keberadaan kromosom 21 sebanyak tiga salinan.

‎Kondisi ini menyebabkan gangguan perkembangan intelektual dan fisik pada anak-anak.

‎Sejauh ini, belum ada terapi yang dapat mengubah akar genetik dari kondisi ini.

‎Meskipun masih dalam tahap laboratorium, banyak kalangan medis memandang temuan ini sebagai harapan baru bagi masa depan dunia genetika dan pengobatan kelainan bawaan.

‎Namun, para ahli juga menekankan pentingnya pendekatan etis dan kajian mendalam sebelum metode ini digunakan secara luas.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *