TERITORIAL24.COM, MEDAN — Di tengah gemerlap modernisasi Singapura, sosok Azmi Juhari berdiri teguh sebagai penjaga warisan budaya Melayu.
Selama lebih dari 25 tahun, beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk mengajar dan melestarikan seni tari Melayu, termasuk zapin, silat, dan tarian kontemporer, kepada generasi muda.
Azmi Juhari seorang pria keturunan asal Banyumas, Pulau Jawa, kepada media online teritorial24,com, Kamis 23 Mei 2025 ditemui disela sela Gebyar Melayu Serumpun (GEMES) di Istana Maimun, Medan.
Sebagai pendiri kelompok tari Azpirasi pada tahun 2000, Azmi telah membimbing banyak penari muda, menanamkan kecintaan terhadap seni tradisional Melayu.
Beliau juga aktif melatih kelompok tari di berbagai institusi pendidikan, termasuk Universitas Teknologi Nanyang (NTU) dan beberapa sekolah menengah di Singapura.
Salah satu kontribusi terbarunya adalah keterlibatannya dalam proyek tari di Wisma Geylang Serai, di mana beliau memimpin kelas tari Melayu untuk wanita berusia 50 hingga 68 tahun.
Proyek ini tidak hanya memperkenalkan seni tari, tetapi juga berfungsi sebagai intervensi psikoterapi, membantu peserta membangun jaringan dukungan sosial.
Azmi juga dikenal sebagai anggota kelompok tari “Azpirasi Singapore” yang terdiri dari penari senior yang tampil di Pesta Muara 2024. Dengan semangat “selagi hayat dikandung badan,” mereka menunjukkan bahwa usia bukanlah halangan untuk terus berkarya dan menginspirasi generasi muda.
Melalui dedikasinya, Azmi Juhari telah menjadi simbol ketahanan budaya Melayu di Singapura, membuktikan bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan jati diri.(Akbar)