Religi

‎Keikhlasan Ummu Sulaim: Cinta dan Pengorbanan di Jalan Allah ‎

146
×

‎Keikhlasan Ummu Sulaim: Cinta dan Pengorbanan di Jalan Allah ‎

Sebarkan artikel ini
‎Ilustrasi(foto:AI) 

‎TERITORIAL24.COM-‎Di sebuah rumah sederhana di Madinah, hiduplah seorang wanita yang imannya teguh bagaikan gunung.

Namanya adalah Ummu Sulaim binti Milhan, seorang muslimah Anshar yang hatinya telah dipenuhi cahaya Islam sejak awal.

‎Ketika banyak orang di sekitarnya masih bimbang dengan dakwah Rasulullah ﷺ, Ummu Sulaim justru mantap menyambut Islam.

Meski suaminya, Malik bin Nadhar, menolak dan meninggalkannya, ia tidak mundur selangkah pun.

Ia memilih bertahan di jalan Allah, meski harus menanggung perih seorang diri.

‎Di pangkuannya, ia membesarkan seorang anak kecil bernama Anas bin Malik, yang kelak akan tumbuh menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi ﷺ.

Dari tangan Ummu Sulaim, lahirlah generasi yang berbakti, bukan hanya untuk keluarga, tapi juga untuk Islam.

‎Cinta yang Berbalut Iman

‎Satu kisah yang begitu masyhur tentang Ummu Sulaim adalah saat ia dilamar oleh Abu Thalhah al-Anshari.

Abu Thalhah adalah seorang lelaki yang terhormat di Madinah, namun ketika itu ia belum memeluk Islam.

‎Dengan kelembutan tapi penuh ketegasan, Ummu Sulaim berkata kepadanya:

‎”Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak pantas ditolak. Tapi engkau seorang kafir, sedangkan aku seorang muslimah. Tidak halal bagiku menikah denganmu. Jika engkau masuk Islam, itu adalah maharku. Aku tidak meminta selain itu.”

‎Kalimat itu keluar bukan dari hati seorang wanita biasa, melainkan dari jiwa yang hanya ingin ridha Allah. Demi iman, ia rela menolak gemerlap dunia.

‎Abu Thalhah pun tersentuh. Ia merenungi kata-kata Ummu Sulaim dan akhirnya bersyahadat.

Sejak saat itu, mereka menikah dengan mahar yang paling agung—bukan emas, bukan perak, tapi keislaman seorang lelaki.

‎Sabar dalam Ujian

‎Namun hidup Ummu Sulaim tidak hanya berisi kebahagiaan. Allah menguji imannya dengan musibah. Anak kecil yang ia cintai meninggal dunia.

‎Dalam riwayat Shahih Muslim, Ummu Sulaim tidak langsung memberitahu suaminya ketika Abu Thalhah pulang dari bepergian.

Ia menahan air matanya, menyiapkan makanan, bahkan melayani suaminya dengan penuh kelembutan. Setelah itu ia berkata dengan penuh hikmah:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *