Binjai - Langkat

Kapolda Sumut Hadiri Hari Santri: Dari Lapangan Binjai, Seruan Lindungi Pesantren Menggema

120
×

Kapolda Sumut Hadiri Hari Santri: Dari Lapangan Binjai, Seruan Lindungi Pesantren Menggema

Sebarkan artikel ini

TERITORIAL24.COM, BINJAI — Ribuan santri dari berbagai penjuru Sumatera Utara tumpah ruah di Lapangan Merdeka Binjai, Rabu (22/10/2025), untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN).

Tak hanya jadi ajang kumpul bersarung dan berselawat, perayaan ini juga jadi panggung kebersamaan antara ulama, santri, dan aparat negara.

Tahun ini, HSN di Sumut terasa lebih hangat dari biasanya. Sebab, hadir lengkap “tiga pilar” negeri: Gubernur Sumut Muhammad Afif Bobby Nasution, Kapolda Sumut Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Rio Firdianto. Kombinasi yang kalau diibaratkan makanan, sudah komplet: ada yang ngatur, yang jaga, dan yang mengayomi.

Dalam amanatnya, Gubernur Bobby mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan pesantren yang aman, bebas kekerasan, dan ramah bagi para santri.

Ia bahkan secara langsung “menggandeng” Kapolda dan Pangdam dalam misi tersebut.

“Kapolda dan Pangdam, mari kita sama-sama pastikan tidak ada bullying dan kekerasan di pesantren,” ujar Bobby dengan tegas di hadapan ribuan santri dan kiai.

Ajakan itu disambut positif oleh Kapolda Whisnu Hermawan. Ia menegaskan bahwa tugas menjaga keamanan (Kamtibmas) bukan cuma soal patroli dan lalu lintas, tapi juga memastikan tempat menuntut ilmu agama jadi ruang yang damai dan bebas dari kekerasan.

Dengan kata lain, keamanan bukan hanya urusan jalan raya, tapi juga jalan menuju surga.

Upacara akbar ini juga dihadiri oleh Ketua Badan Silaturahmi Pesantren (BSP) Sumut, Yulizar Parlagutan Lubis, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Kehadiran lengkap dari pejabat sipil, polisi, dan tentara ini seolah jadi pesan tersendiri: bahwa menjaga santri bukan hanya urusan kiai, tapi urusan bersama. Karena kalau santri aman dan sejahtera, negeri juga ikut tenteram.

Hari Santri di Binjai kali ini pun bukan sekadar seremoni penuh seragam dan doa. Ia menjadi penanda bahwa Sumatera Utara ingin melahirkan santri-santri yang bukan hanya fasih membaca kitab, tapi juga siap berdiri tegak di tengah perubahan zaman—tentu tanpa melupakan adab dan akhlak.(Akbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *