Tebing Tinggi - Batu Bara

‎Dari Tangis Ibu ke Suara Rakyat: Kisah Perjuangan Sang Tukang Bekam ‎

632
×

‎Dari Tangis Ibu ke Suara Rakyat: Kisah Perjuangan Sang Tukang Bekam ‎

Sebarkan artikel ini
‎Anda Yasser,menjabat sebagai anggota DPRD Kota Tebing Tinggi untuk dua periode berturut-turut (2019–2024 dan 2024–2029)(foto: Istimewa/Sarifudin Sinaga)

‎TERITORIAL24.COM, TEBING TINGGI- Tak ada yang lebih menggetarkan hati seorang anak selain melihat ibunya menangis karena ucapan orang yang meremehkan.

‎Itulah yang dialami Anda Yasser, sosok sederhana yang dulunya hanya dikenal sebagai tukang bekam dan pedagang herbal keliling.

‎Kini, ia menjabat sebagai anggota DPRD Kota Tebing Tinggi untuk dua periode berturut-turut (2019–2024 dan 2024–2029).

‎Perjalanan politik Anda Yasser tak semulus jalan tol.

‎Ia memulai karier dari bawah, sebagai kader partai sejak 2003, aktif dari tingkat ranting hingga dipercaya untuk maju dalam Pemilu 2019.

‎Awalnya, ia ditempatkan di nomor urut 8 dalam daftar calon legislatif.

‎Namun, setelah adanya dinamika internal dan salah satu caleg mengundurkan diri pada masa DCS (Daftar Calon Sementara), namanya naik ke posisi nomor urut 5.

‎Saat itu, kehidupan ekonomi Anda Yasser jauh dari kata mapan. Ia masih berjualan obat herbal sambil naik becak, dan menggantungkan hidup dari jasa bekam.

‎Banyak yang meragukannya, bahkan mencemoohnya.

‎Namun yang paling menyayat hati adalah ketika sang ibunda, almarhumah, datang menangis menyampaikan ucapan seseorang yang menyindir keras:

‎“Ngapain lah si Anda Yasser itu maju jadi caleg, nggak punya apa-apa.”

‎Tangis itulah yang menjadi bahan bakar semangat perjuangan Anda Yasser.

‎“Saya bilang ke emak, nggak apa-apa mak, biarlah mereka bilang begitu, tapi awak yakin perjuangan ini karena niat baik,” kenangnya.

‎Dengan dukungan keluarga, relawan, dan jamaah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anda Yasser membalikkan keraguan banyak pihak.

‎Ia terpilih menjadi anggota DPRD Kota Tebing Tinggi periode 2019–2024.

‎Tak lama setelah pelantikan, ia membeli sebuah mobil bekas yang kemudian dijadikan ambulans.

‎Ini bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi semata-mata demi melayani masyarakat.

‎Keputusan itu bahkan sempat dipertanyakan ibunya. “Kenapa bukan beli mobil untuk anak dan istrimu?” tanya sang ibu.

‎Dengan tenang, ia menjawab, “Mak, memang ini niat saya dari awal. Saya ingin beli ambulans agar bisa membantu warga.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *