Berita Utama

Hamas Sebut Israel Langgar Gencatan Senjata, Pertukaran Tawanan Ditunda

150
×

Hamas Sebut Israel Langgar Gencatan Senjata, Pertukaran Tawanan Ditunda

Sebarkan artikel ini
Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah(foto: Twitter Lembayung Senja@lembayungsyahdu)

TERITORIAL24.COM,BEIRUT– Hamas menuduh Israel gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati.

Seorang pemimpin Perlawanan Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen pada Senin (10/2) bahwa pendudukan Israel terus melakukan berbagai pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut.

Sebagaimana dikutip dari MINA News, pejabat yang berbicara secara anonim itu menyebut bahwa pelanggaran Israel mencakup keberadaan pesawat pengintai tanpa awak yang masih terbang di atas Jalur Gaza, penembakan terhadap warga Palestina, serta pergerakan tank-tank Israel yang melewati batas yang telah ditentukan dalam perjanjian.

Selain itu, Israel juga disebut menghalangi masuknya peralatan berat, pasokan medis tertentu, dan karavan yang diperlukan untuk kepentingan kemanusiaan.

“Jelas Israel tidak akan berkomitmen untuk melaksanakan tahap kedua perjanjian tersebut, terutama mengingat desakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada rencana pemindahan dan pembersihan etnis,” ujar sumber tersebut.

Pertukaran Tawanan Ditunda

Sejalan dengan tuduhan tersebut, juru bicara Brigade Izzuddin Al-Qassam, Abu Ubaida, mengumumkan bahwa pertukaran tawanan yang seharusnya berlangsung pada 15 Februari harus ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Penundaan ini disebut sebagai dampak dari pelanggaran Israel yang terus berlanjut terhadap perjanjian gencatan senjata.

Ketegangan antara kedua pihak semakin meningkat setelah Hamas dan kelompok perlawanan lainnya menuding Israel tidak menunjukkan itikad baik dalam menjalankan perjanjian.Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Israel terkait tuduhan tersebut.

Situasi di Jalur Gaza masih memanas, dengan Hamas menegaskan bahwa Israel tidak memenuhi komitmennya dalam perjanjian gencatan senjata.

Penundaan pertukaran tawanan menambah ketidakpastian dalam proses negosiasi, sementara dunia internasional terus memantau perkembangan di wilayah konflik tersebut.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *