TERITORIAL24.COM,GAZA – Israel dan Hamas akhirnya menyetujui fase pertama kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza, yang mencakup penghentian operasi militer, penarikan pasukan Israel, pertukaran sandera, serta pembukaan akses bantuan kemanusiaan.
Seperti dikutip dari The Guardian edisi Kamis, 9 Oktober 2025, kesepakatan ini merupakan bagian awal dari rencana perdamaian yang diprakarsai Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan dimediasi oleh Mesir, Qatar, serta Turki, di mana sekitar 20 sandera Israel dan 1.700 tahanan Palestina akan dibebaskan dalam waktu dekat.
Hal ini menandai langkah penting menuju berakhirnya perang yang telah menelan puluhan ribu korban jiwa di Gaza.
Trump Umumkan Kesepakatan Bersejarah
Presiden Donald Trump menyampaikan langsung pengumuman kesepakatan tersebut di Washington.
Ia menyebut perjanjian itu sebagai “terobosan bersejarah yang membuka jalan menuju perdamaian abadi di Timur Tengah.”
“Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat akan menjadi salah satu penjamin utama implementasi perjanjian ini, bersama negara-negara mediator yang berperan aktif dalam proses negosiasi.
“Ini adalah awal dari akhir penderitaan panjang di Gaza. Kedua pihak telah menunjukkan kemauan politik untuk meletakkan senjata dan membuka ruang bagi perdamaian,” ujar Trump.
Reaksi dari Pihak Israel dan Hamas
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut kesepakatan ini sebagai “hari besar bagi Israel,”.
Namun menegaskan bahwa negaranya tetap akan menjaga keamanan nasional dan memastikan semua sandera yang masih ditahan Hamas dapat dipulangkan dengan selamat.
Sementara itu, juru bicara Hamas dalam pernyataannya menyampaikan bahwa kesepakatan ini adalah hasil perjuangan panjang rakyat Palestina dalam menghadapi pendudukan.
“Kami menyambut setiap langkah yang menjamin kebebasan rakyat kami dan penghentian agresi terhadap Gaza,” tegasnya.
Krisis Kemanusiaan yang Mengguncang Dunia
Sejak pecahnya konflik pada Oktober 2023, perang Gaza telah menewaskan lebih dari 67.000 orang dan melukai sedikitnya 170.000 lainnya, sebagian besar adalah warga sipil.Ribuan bangunan, rumah sakit, dan sekolah hancur.












